Resistensi Grand Syekh Al-Azhar Ahmad Al-Tayyib Terhadap Pembakaran Al-Qur’an Di Eropa
Main Article Content
Abstract
Kebebasan berekspresi adalah hak asasi manusia (HAM) yang mendasar bagi negara-negara demokrasi liberal. Hal ini menjadi rumit ketika pendapat yang diekspresikan tersebut berbenturan dengan keyakinan agama dan budaya orang lain dan mengarah ke ujaran kebencian. Di banyak negara Eropa, anggota parlemen dan pihak- pihak lain mempertanyakan apakah pembakaran kitab suci harus dilihat sebagai bentuk kebebasan berekspresi atau lebih sebagai penghasutan berdasarkan agama. Beberapa negara memperkenalkan UU baru untuk mencegah ujaran kebencian terhadap komunitas agama. Pada tahun 2006, contohnya, Inggris menghapus UU penistaan agama dan mengesahkan UU Kebencian Ras dan Agama, yang menghukum segala tindakan yang dapat membangkitkan kebencian terhadap agama. Irlandia, sejak mencabut UU penistaan agama pada tahun 2020, telah mendiskusikan pemberlakuan UU ujaran kebencian, yang akan mengkriminalisasi komunikasi atau perilaku apa pun yang kemungkinan besar dapat memicu kekerasan atau kebencian. Swedia mengesahkan UU ujaran kebencian pada 1970 yang melindungi ras, etnis, agama, dan minoritas seksual. Pasca pembakaran Al-Quran yang terjadi di Eropa menimbulkan resistensi dari Grand Syekh Al-Azhar Ahmad El-Tayib. Studi ini menggunakan pendekatan fenomenologis dan teori resitensi James C. Scoot. Kajian ini menyimpulkan bahwa resistensi Grand Syeh Al- Azhar Ahmad Tayyib terhadap pembakaran Al-Quran termasuk pada kategori resistensi tertutup (hidden trancript). Grand Syekh Al-Azhar Ahmad Tayyib tidak melakukan perlawanan dalam bentuk perang fisik, perlawanan tersebut diganti dengan cara persuasif seperti : (1) Mengutuk segala perilaku yang melecehkan Al-Quran dan menyatakan tindak pidana pembakaran gereja setara dengan tindak pidana pembakaran Al-Quran. (2_) Mendorong persatuan pan-Muslim masyarakat Arab dan Islam, bergerak maju dalam mengadakan dialog “Islam-Islam” antara ulama Islam dari semua negara dan sekte, bersatu melawan penghinaan terhadap agama (3) Menekankan pentingnya Pendidikan Agama yang benar sebagai jalan keluar dari krisis dunia saat ini.
Article Details
lisence