Warisan Budaya Arab-Islam Perspektif Formasi Nalar Arab Muhammad Abid

Authors

  • Ahmad Soleh Sakni Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Keywords:

Formasi, Nalar Arab, Turast, Dekonstruksi

Abstract

Artikel ini membahas tema : “ Warisan Budaya Arab-Islam : Perspektif Formasi Nalar Arab Muhammad Abid Al-Jabiry “ Kenapa barat maju dan bangsa Arab-Islam terbelakang ? kurang lebih demikian pertanyaan besar yang menggelitik hasrta intelektual para akademisi, cendikiawan para reformis Islam, tidak terkecuali a-Jabiry,  kegelisahan akademik al-Jabiry bermula ketika ia menganalisa kegagalan upaya kebangkitan Islam dalam hegemoni Barat, baik politik maupun kultural, yang ia tengarai disebabkan terutama oleh tidak efektifnya upaya kebangkitan Islam yang diusung, yang bahkan ia sebut telah menyimpang dari mekanisme semestinya. Penyimpangan itu diawali dengan seruan berpegang pada tradisi masa lalu (turats) atau kembali kepada “prinsip-prinsip dasar”, tetapi bukan dalam pengertian menjadikan prinsip dasar sebagai landasan kebangkitan, sebagai sandaran untuk melakukan kritik terhadap masa kini, sebagai batu lompatan ke masa depan, malah membekukan dan menjadikannya sebagai wahana romantisme masa lalu. Dalam penelitian ini Al-Jabiry menggunakan pendekatan dekonstruktif[1] dengan metode analisis struktural dan analisis formatif. Metodologi ini dipakai Al-Jabiry terutama memaksudkan bahwa tugas pertama yang harus dilakukan seorang intelektual Arab  dalam membaca bangunan kebudayaannya adalah menganalisa struktur bangunan yang mapan dengan cara mempelajari hubungan antara elemen-elemen yang membuat dan menyatukan bangunan tersebut. Setelah analisa struktural ini baru diadakan perombakan atau pembongkaran atas struktur tersebut, dan dilanjutkan dengan merekonstruksinya menjadi bangunan yang utuh-baru. Dekonstruksi dengan begitu dimaksudkan untuk mengubah yang tetap kepada perubahan, yang absolut kepada relatif, dan yang a-historis kepada historis.

 

[1] Dekonstruksi atau pembongkaran adalah suatu proses penampakan aneka ragam aturan tersembunyi yang menentukan teks atau wacana. Dekonstruksi adalah sebuah cara untuk memberikan penjelasan. Anggitan “pembongkaran” (dekonstruksi), dikembangkan terutama oleh filosof Perancis Jacques Derrida. Untuk menemukan makna yang tersembunyi, orang harus membuka selubungnya, melihat isi secara terpisah, membuang semua hubungan yang sudah ada antara kata dan konsep. Ini merupakan cara untuk menghapus prasangka, sumber utama timbulnya kesalahpahaman atau salah pengertian. Lihat Alan Montefiore (ed.) Philosophy in France Today, (Cambridge: Cambridge University Press, 1983), hlm. 40-41. Lihat juga Christopher Norris, Deconstructions, Theory, and Practice (London: Methuen, 1985).

 

Downloads

Published

2024-08-18

Issue

Section

Articles